Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, FDA, telah menyetujui pengobatan suntik pertama, cabotegravir, untuk mencegah HIV, yang menandai momen penting dalam perang melawan epidemi virus itu.
Obat tersebut bermerek Apretude yang dibuat oleh ViiV Healthcare, di mana mayoritas dimiliki oleh perusahaan farmasi GlaxoSmithKline, dan juga didukung oleh Pfizer dan Shionogi.
Apretude merupakan obat suntik jangka panjang yang dapat diberikan sedikitnya enam kali setahun, berbeda dengan rejimen saat ini untuk profilaksis pra-pajanan (PrEP), yang membutuhkan kepatuhan terhadap pil harian. Kepala penelitian dan pengembangan di ViiV Healthcare, Kim Smith, menerangkan, pihaknya membutuhkan alat baru di kotak obat yang memang tidak diragukan lagi dan diklaim yang paling kuat.
“Ada banyak orang yang memulai PrPP oral dan menghentikannya karena lupa atau tidak suka, misalnya karena stigma yang melekat pada obat HIV,” ujar Smith kepada Financial Time, 21 Desember 2021.
HIV, human immunodeficiency virus yang dapat menyebabkan AIDS, diidentifikasi lebih dari 40 tahun yang lalu, menginfeksi hampir 80 juta orang. Data UNAIDS menyebutkan ada lebih dari 36 juta telah meninggal karena penyakit terkait AIDS sejak pandemi dimulai.
Menurut GlaxoSmithKline, obat tersebut akan dijual dengan harga US$ 3.700 (Rp 53 juta) per dosis di Amerika. Smith mencatat bahwa perusahaan memiliki program untuk orang yang tidak dapat memperolehnya, termasuk mereka yang tidak memiliki asuransi.
Smith mengatakan ViiV Healthcare telah memprioritaskan mencari persetujuan di negara-negara yang berpartisipasi dalam studi asli yang menunjukkan kemanjuran obat, seperti Afrika Selatan, Thailand, dan Vietnam. “Kami mengharapkan untuk mengajukan persetujuan di Inggris dan Uni Eropa tahun depan,” katanya.
Obat ini lebih baik dalam mencegah infeksi daripada dosis harian Truvada, obat oral yang dibuat oleh Gilead Sciences, menurut hasil penelitian yang dipublikasikan tahun lalu. Direktur Divisi Antivirus di Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA, Debra Birnkrant, menjelaskan bahwa obat itu akan penting dalam mengatasi epidemi HIV di Amerika.
“Termasuk membantu individu berisiko tinggi dan kelompok tertentu di mana kepatuhan terhadap pengobatan sehari-hari telah menjadi tantangan besar atau bukan pilihan yang realistis,” katanya.
FINANCIAL TIMES | DAILY MAIL